Thursday, September 14, 2017

Bahagianya Anak-Anak di Eropa (Bagian I)


Siang itu suhu di luar menunjukkan angka di atas 26 o Celcius. Matahari tidak terlalu terik dengan sesekali angin berhembus kering. Selepas ngadem di toko buku, saya berjalan melewati Promenade du Paillon di sekitaran pusat kota Nice, Perancis bagian selatan. Nice, kota cantik ini berada di tepian Laut Tengah dan bertetangga dengan negara yang berbendera sama dengan Indonesia, Monaco. Selain Promenade des Anglais yang sudah tersohor sebagai atraksi tepi pantai yang utama, Nice juga memiliki Promenade du Paillon. Promenade du Paillon di siang itu berperan layaknya oasis. Sambil mendengarkan musisi jalanan, saya melihat ada banyak anak-anak yang bermain air dengan ayah dan ibu yang menunggui (bahkan ikut bermain) di sekitar.

Musim panas di Promenade du Paillon


Dari bengong siang-siang sambil menikmati angin semilir dan melihat anak-anak kecil bermain air di Promenade du Paillon, saya jadi berpikir betapa enaknya jadi anak-anak kecil di Eropa. Ada banyak ruang terbuka hijau dan ramah anak yang menunggu untuk jelajahi. Mulai dari taman-taman besar di pusat kota lengkap dengan air mancur dan hamparan rumput, hingga tempat bermain yang selalu tersedia di sekitar kompleks pemukiman. Anak-anak dianggap sebagai warga negara yang memiliki hak yang sama dengan orang dewasa untuk mendapatkan fasilitas pengembangan diri dan berekspresi, seperti bermain, belajar, dan bersosialisasi.

Saya pun membayangkan suasana serupa di suatu alun-alun di kota di Indonesia. Alun-alunnya ramai tapi ngga kotor. Ngga ada sampah bekas jajanan atau botol-botol plastik berserakan. Semua menikmati ruang publik dengan tertib. Mungkin ngga sih?

Kota kecil Wageningen di mana saya tinggal selama setahun terakhir ini pun sangat
memerhatikan Ruang Terbuka Hijau yang ramah untuk anak-anak

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada banyak inisiatif untuk menggalakkan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Di Jakarta, pada masa pemerintahan Ahok-Djarot ada 196 RPTRA yang telah berfungsi dan ada 200 lainnya yang direncanakan akan dibangun. Selain Jakarta, Malang, Bandung, dan Surabaya pun pelan-pelan membangun Ruang Terbuka Hijau yang bisa dinikmati publik. Sebenarnya, selain taman yang disediakan oleh pemerintah kota, pada tingkat lingkungan pemukiman (seperti RT/RW) bisa juga diusahakan penyediaan lapangan bermain dan taman lingkungan. Tujuannya, ya agar anak-anak mengurangi adiksinya pada gawai dan ngga main bola dan layangan di jalanan lagi. Selama tinggal di Belanda, jarang saya mendengar kasus anak-anak yang keranjingan gawai. Sepertinya salah satu penyebabnya adalah banyak fasilitas yang mendukung mereka untuk bersosialisasi secara nyata bukan di dunia maya.

Nah, proses perencaan pembangunan pun perlu melibatkan dari anak-anak sendiri. Pemerintah Kota Magelang contohnya, mereka menjaring aspirasi dari anak-anak tentang fasilitas rekreasi yang mereka inginkan (Baca: Aspirasi Anak dalam Pembangunan Kota Magelang). Semoga saja hasil dari kegiatan tersebut dapat diteruskan hingga ke level pembuat kebijakan dan menempatkan anak-anak sebagai stakeholder penting dalam ladder of participation seperti warga negara lainnya.

Kenapa taman yang ramah untuk anak-anak sebegitu pentingnya sih? Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Anna Chiesura tahun 2004 tentang peran taman bagi kelestarian kota, disebutkan bahwa salah satu alasan orang-orang pergi ke taman adalah untuk bermain bersama anak-anak mereka. Oleh karena itu, ruang terbuka hijau dan ramah anak menjadi penting karena dapat memenuhi fungsi sosial, memperkuat ikatan keluarga, hingga menyediakan tempat yang aman bagi anak-anak untuk bermain. Pada studi lainnya juga ditegaskan bahwa ruang terbuka memiliki peran sebagai ruang sosialisasi anak dalam membentuk karakter bangsa. Hal ini bukan mustahil karena masa anak-anak segala keahlian dan rasa ingin tahu sedang berkembang dalam masa keemasan.

Nah, mohon bantuannya ya teman-teman untuk dukung dan kawal kebijakan-kebijakan pemerintah biar ruang terbuka hijau yang ramah anak ngga berakhir jadi mimpi di siang bolong aja. Oh, jangan lupa bantu menjaga dan merawat fasilitas publik ini ya!

Ditulis oleh: Novita Eka Syaputri
Mahasiswi master Communication, Health, and Life Sciences, Wageningen
University. Email: novitaekasyaputri@gmail.com, Instagram: @nobskiw



Rujukan:
1. https://www.loumessugo.com/en/blog/entry/nice-new- promenade-in- nice
2. http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/03/14/rptra-punya- peran-vital- perkuat-
hubungan-masyarakat
3. Chiesura, A. (2004). The role of urban parks for the sustainable city. Landscape and urban
planning, 68(1), 129-138.
4. Setyowati, S. (2012). Peran Ruang terbuka Sebagai Ruang Sosialisasi Anak Dalam
membentuk Karakter bangsa.


Share this post:  
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment