Saturday, June 25, 2016

Budaya ‘Palli-palli’ di Korea Selatan

Mendengar nama Korea Selatan (Korsel), mungkin yang akan terbayang di benak kebanyakan orang Indonesia ataupun Aceh adalah K-Pop, K-Drama, atau begara dengan kecepatan internet tercepat di dunia. Tentu saja kita semua punya perspektif yang berbeda-beda tentang Korea.

Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan untuk mewakili Aceh dan Indonesia pada Program Pertukaran Pemuda Antarnegara (PPAN) 2015 ke Korea. Para delegasi program ini mendapat kesempatan untuk melihat langsung bagaimana kehidupan masyarakat Korsel. Bahkan, dalam program ini kami juga mendapatkan pengalaman homestay dengan keluarga Korsel untuk mengenal lebih dekat.

Terlepas dari beragamnya pandangan kita tentang Korea, ternyata Republik Korea Selatan (Republic of Korea) merupakan sebuah negara yang memiliki banyak sekali kesamaan dengan negara kita, Indonesia. Mulai dari sistem pendidikan, di mana jenjang SD-nya enam tahun, dilanjutkan dengan SMP tiga tahun, SMA tiga tahun, dan kuliah (perguruan tinggi) empat tahun.

Kemudian, terdapat pula kemiripan sejarah, mengingat Korea juga pernah dijajah oleh Jepang, seperti halnya bangsa kita.

Kemerdekaan Korea hanya berbeda dua hari dengan Indonesia, yaitu 15 Agustus 1945. Setelah merdeka, tahun 1950-1953 Korea dilanda perang saudara antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berakhir dengan gencatan senjata, tapi belum ada pernyataan damai dari kedua negara sampai sekarang.

Kemiripan lainnya ialah, dalam sejarah perjalanan Republik Korea Selatan, mereka juga mengalami peristiwa penting dalam hal dinamika peyelenggaraan negara, yaitu “reformasi” layaknya peristiwa 1998 di Indonesia. Peristiwa itu terjadi pada 1980 di mana terjadi demonstrasi besar-besaran yang disebabkan oleh kekecewaan rakyat atas transisi kekuasaan yang tidak demokratis, di mana militer ingin mengambil alih kekuasaan setelah terbunuhnya presiden mereka saat itu, Park Chung-Hee. Bahkan terjadi penyiksaan dan pembunuhan oleh militer dan merupakan titik balik sejarah demokrasi Korsel.

Walaupun banyak kemiripan dalam beberapa hal, tapi output yang kita saksikan sekarang ini jauh berbeda. Tentu kita harus belajar banyak dari mereka. Saya sempat menanyakan ke sejumlah teman di Korsel tentang apa hal yang menurut mereka membuat Korea dapat berkembang dengan cepat. Salah satunya adalah budaya palli-palli atau “cepat-cepat”. Di mana hal ini dipadukan dengan etos kerja (hardworking) mereka yang sangat luar biasa.

Setiap hari dan di mana pun kita dapat melihat bagaimana masyarakat Korea berjalan dengan cepat dan terkesan terburu-buru. Sejak awal kami tiba, pihak koordinator kami dari Korea sudah mengingatkan untuk tetap tenang jika ada masyarakat yang tidak sengaja menabrak kami, itu bukan berarti mereka marah. Namun, hingga akhir program kami tak pernah merasakan ditabrak tidak sengaja. Yang terjadi justru, kami sering “hampir” ditabrak.

Kami juga belajar untuk beradaptasi dengan kebiasaan mereka yang berjalan dengan cepat. Ketika akan menaiki bus, misalnya, koordinator selalu mengatakan kepada kami, “Palli-palli” agar kami bergegas untuk naik ke bus, karena mereka selalu mempergunakan waktu dengan sangat efektif.

Bukan hanya ketika berjalan, palli-palli juga mereka terapkan ketika melakukan sesuatu, baik itu bekerja, memasak, mencuci piring, dan lainnya. Walaupun memiliki kebiasaan melakukan sesuatu dengan cepat, mereka tetap harus melakukannya dengan cermat dan sempurna. Palli-palli merupakan hal yang sangat saya kagumi dari masyarakat Korea, begitulah mereka sangat menghargai waktu, bahkan satu menit pun.

Filosofi palli-palli yang dianut oleh masyarakat Korea Selatan dinilai mampu menjadikan negara ini bangkit dari keterpurukan setelah hancur dilanda perang.

Harapan saya, mari kita belajar menghargai waktu dan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Karena itulah salah satu kunci agar Indonesia, khususnya Aceh, untuk bangkit. (/rez)

*Tulisan ini juga dimuat pada Serambi Indonesia


(Ditulis oleh: Ikhwan Reza, Delegasi Indonesia pada Program Pertukaran Pemuda Antarnegara 2015 ke Korea Selatan)
IG: @ikhwanreza
Share this post:  
Comments
0 Comments